A.
Latar Belakang Revolusi Rusia
Lahirnya Revolusi Rusia di mulai dari kekalahan tentara
Rusia (Soviet) pada Perang Dunia II. Hal tersebut membawa Rusia ke dalam masa
yang suram. Masa dimana Rusia banyak melakukan pembenahan di sektor apapun.
Sedangkan Tsar (Raja) memilih untuk bersenang-senang tanpa menghiraukan rakyat.
Setelah tahun 1918, masyarakat Rusia mengalami kekurangan makanan dan konflik
tanah yang di sengketakan merupakan hal yang sulit untuk diatasi.
Serta kesenjangan yang mencolok antara pemerintah dan
rakyat bawah. Pemerintahan bisa hidup enak-enakan, sedangkan rakyat banyak yang
sakit, kelaparan dan kemiskinan. Pada saat itu Tsar Nicholas II lebih
mementingkan keluarga-keluarganya dari pada mementingkan rakyat. Keluarganyalah
yang banyak menghambur-hamburkan harta atau pajak yang di tarik dari rakyat. Di
sinilah rakyat menganggap ada sebuah kesenjangan sosial.
Pemerintahan juga dinilai terlalu lemah oleh kaum
Bolsheviks. Rakyat Rusia juga menilai bahwasannya Tsar terlalu pilih kasih
terhadap suatu kebijakan dan mementigkan kepentingan keluarganya dan
kerabat-kerabat dekat. Karena pada saat
pemerintahan Tsar Nicholas II, banyak pekerja yang jam kerjanya di tambah dari
ketentuan dan gajinya di potong, bahkan ada juga yang gajinya tidak
terbayarkan, Memang perbuatan yang dilakukan oleh Tsar tersebut sangat tidak
pantas, karena pada saat itu Rusia mengalami kekalahan dalam Perang Dunia ke
II, yang mengakibatkan kas Negara berkurang dan buruknya ekonomi Rusia pada
masa itu.
Tetapi hal tersebut di tanggapi oleh para buruh dan pekerja
dengan sebaliknya, karena mereka tidak ingin pemerintahan Tsar Nicholas II
tersebut yang reaksioner dan sewenang-wenang semakin memperkeruh derita rakyat
Rusia pada masa itu. Para pekerja dan buruh menginginkan haknya dapat
terpenuhi, karena mereka mengalami kemiskinan dan kelaparan. Akhirnya para
buruh bereaksi melawan pemerintah.
Dalam kaitannya dengan Revolusi Rusia, pada saat itu Rusia
terbagi menjadi dua golongan. Yaitu golongan merah dan golongan putih. Golongan
merah adalah golongan yang menginginkan kebebasan hak-haknya secara mutlak
seperti halnya gaji mereka yang tidak lagi di potong secara besar-besaran,
mereka juga tidak menginginkan penambahan jam kerja yang bukan semestinya,
walaupun penambahan jam kerja itu baik buat perindustrian di Rusia.
Golongan merah tersebut di antaranya rakyat, pekerja dan
rakyat yang tertertindas. Sedangkan golongan putih adalah golongan yang menginginkan
atau mendukung Tsar Nicholas II agar tetap menjadi Tsar (Raja). Kedua golongan
tersebut saling bertentangan, bahkan ada diantara mereka terjadi pertentangan.
Hal tersebut membuat pertengkaran antar saudara. Maka dari itu para rakyat dan
pekerja yang menginginkan Tsar Nicholas II turun tahta juga mendapat tentangan
dari golongan putih, yang tidak menginginkan perubahan.
Dalam gerakan sosialis Rusia yang di bentuk oleh para
pekerja dan kaum buruh (golongan merah), mereka mengalami kesulitan dalam
melakukan kudeta terhadap pemerintah ataupun penggulingan Tsar Nicholas II
secara langsung. Karena para pekerja tidak memikirkan statrategi apa yang harus
di lakukan. Mereka hanya menggunakan fisik dalam melakukan penggulingan Tsar
Nicholas II (Vernadsky, 1951:252). Lagi-lagi para pekerja dan buruh gagal dalam
menggulingkan pemerintahan Tsar. Banyak para pekerja yang meninggal akibat dari
tuntutan terhadap pemerintah tersebut.
Setelah para rakyat dan buruh bertindak dengan pikiran,
terbentuklah sebuah partai. Partai yang di bentuk oleh para buruh adalah Partai
Demokratik Sosialis Rusia yang di dirikan oleh George Plekhanov (1898). Program
rencananya adalah persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara,
berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani. Dari partai itulah rakyat dan
parah buruh yang tertindas meluapkan aspirainya dalam wadah partai tersebut.
Pada tahun 1903 Partai Sosial Demokrat pecah menjadi Partai Sosialis (Menshevik)
yang dipimpin oleh George Plikhanov kemudian dilanjutkan oleh Kerensky.
Partai lainnya adalah Partai Komunis (Bolshevik) yang
dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (Lenin), kemudian beralih kepada Josef
Dschugaschvili. Dalam perkembangannya Lenin lah yang berhasil menggulingkan
pemerintahan Tsar Nicholas II. Lenin menggunakan strategi kudeta terhadap Tsar.
Mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh dan pekerja. Mereka bekerja
keras dan bekerjasama satu sama lain untuk menggulingkan Tsar Nicholas II. Pada
akhirnya Bolshevik (Golongan Merah) berhasil mengkudeta dan menggulingkan
pemerintahan Tsar Nicholas II dengan kebanggaan dan kerja keras (Heyman,
1993:269).
B.
Sebab-sebab terjadinya
revolusi Rusia
1.
Pemerintahan Tsar Nicholas
II yang reaksioner
Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik
bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia
memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun
keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan
pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang
propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak
pernah dihiraukan.
2.
Susunan pemerintahan Tsar
yang buruk
Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun
secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih
orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk
jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal
ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra.
Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut
dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah
orang-orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam paham baru.
3.
Perbedaan sosial yang
mencolok
Kondisi kehidupan antara kedua golongan masyarakat di Rusia
pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar dan para bangsawan hidup mewah dan
kaya raya, sementara rakyat, terutama petani dan buruh, sangat miskin dan
sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki
rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah
dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Persoalan tanah
Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada
tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi milik
perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah berukuran luas yang menjadi
milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para kulak (petani-petani besar).
Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani). Para buruh tani
ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi miliknya.
5.
Adanya aliran-aliran yang
menentang Tsar
Dalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran yang
menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan
bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk kembali
muncul. Aliran-aliran tersebut adalah aliran liberal dan sosialis. Kaum liberal
yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia
menjadi kerajaan yang berundang-undang dasar. Kaum sosialis menghendaki susunan
masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis.
Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan
terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat atau sosial demokrat) dan
Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi partai komunis). Golongan
Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan oleh
Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
6.
Kekalahan perang
Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia I, sebenarnya
Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena
terikat dan terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara lain,
terutama yang tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam Perang
Dunia I mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang tidak didukung
oleh rakyat tentu menghasilkan kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar Rusia
(pertempuran di Tannenberg dan di sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan
hati dan melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada
peperangan dan menginginkan kedamaian.
7.
Ancaman bahaya kelaparan
Lima belas juta warga Rusia dimobilisasi untuk perang.
Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh oleh negara. Sementara, banyaknya
orang yang dikirim ke medan perang berakibat kurangnya tenaga kerja, baik dalam
bidang industri maupun pertanian. Macetnya industri dan pertanian ini
menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan makanan. Perekonomian negara
pun menjadi kacau balau.
C. Jalannya Revolusi Rusia
Revolusi Rusia secara besar-besaran terjadi pada tahun 1917
yang dapat dibagi menjadi dua tahap, yakni sebagai berikut :
1.
Revolusi Februari 1917
Revolusi ini dimulai dari Petrograd (sekarang Leningrad)
dengan demonstrasi yang menuntut bahan makanan, kemudian diikuti dengan
pemogokan di perusahaan-perusahaan. Revolusi yang digerakan oleh kaum Kadet,
Menshewiki, dan Bolshewiki ini kemudian berhasil menggulingkan Tsar Nicholas
II. Tampuk pemerintahan dikendalikan oleh kaum Kadet dengan bentuk pemerintahan
sementara.
Akan tetapi, kaum Kadet tidak segera mengadakan
perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat. Kaum Menshewiki di bawah
pimpinan Karensky kemudian menggulingkan kaum Kadet dan memegang tampuk
pemerintahan. Program kaum Menshewiki pertama-tama ialah menjunjung kembali
kehormatan Rusia di mata dunia internasional (karena kekalahan-kekalahan Rusia
dalam peperangan), setelah itu baru mengadakan perubahan pemerintahan dalam
negeri.
Serangan besar-besaran terhadap Jerman (dalam Perang Dunia
I) segera dilangsungkan, namun gagal. Hal inilah mengakibatkan hilangnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Menshewiki. Kesempatan ini digunakan
dengan sebaik-baiknya oleh kaum Bolshewiki untuk menyusun kekuatan guna merebut
pemerintahan.
2.
Revolusi Oktober 1917
Ketika pemerintahan Menshewiki kehilangan kepercayaan di
mata rakyat, kaum Bolshewiki segera mendekati rakyat dan menjanjikan adanya
kedamaian dan pembagian tanah. Dengan cara ini kaum Bolshewiki mendapatkan
simpati dan dukungan dari rakyat. Kaum Bolshewiki yang semula telah mempersiapkan
diri dengan mengadakan wajib militer kepada para pekerja (yang kemudian menjadi
Pengawal Merah) di bawah pimpinan Trotsky, siap untuk merebut kekuasaan.
Revolusi di mulai di Petrograd lagi di bawah pimpinan Lenin
yang menyerukan untuk mendirikan Republik Soviet. Angkatan Darat dan Angkatan
Laut di Petrograd memihak Lenin. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintah
Menshewiki di bawah pimpinan Kerensky berhasil digulingkan. Kaum Bolshewiki
akhirnya berhasil memegang tampuk pemerintahan baru di Rusia.
D.
Dampak Revolusi Rusia
Revolusi Rusia 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia
yang memuncak pada 1917 dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah
mengganti sistem Tsar Rusia, dan menuju ke pendirian Uni Soviet, yang berakhir
sampai keruntuhannya pada 1991. Revolusi Februari tahun 1917 di Rusia adalah
tahap pertama Revolusi Rusia tahun 1917. Akibat dari revolusi ini adalah
abdikasi Tsar Nicholas II, runtuhnya kekaisaran Rusia, dan berakhirnya dinasti
Romanov. Pemerintahan provisional, non-Komunis dibawah Pangeran Georgy Lvov
menggantikan Tsar, Pangeran Lvov lalu diteruskan oleh Alexander Kerensky
setelah huru-hara saat hari Juli.
Pemerintahan provisional merupakan aliansi antara kaum
liberal dan kaum sosialis yang ingin melaksanakan reformasi politik, membuat
eksekutif yang dipilih secara demokratis, dan dewan konstituante.
Pemerintahan Provisional tanpa protes setelah adanya
abdikasi Tsar Rusia. Perintah utama dari tentara Rusia sangat mewah terhadap
revolusi dan Pemerintah Provisional mengikuti segala abdikasi Tsar Rusia
(Vernadsky, A History Of Russia 242). Sedangkan revolusi tahap kedua, yaitu
Revolusi Oktober terjadi pada tanggal 7 November 1917 menurut penanggalan
Gregorian di Rusia.
Sedangkan menurut penanggalan Julian, peristiwa ini terjadi
pada tanggal 25 Oktober 1917, oleh sebab itu revolusi ini disebut Revolusi
Oktober karena Rusia menggunakan kalender Julian. pada 1917 Rusia masih
menggunakan penanggalan Kalender Julian yang mengadopsi dari Peter the Great..
revolusi 1917 pertama yaitu revolusi Februari (menurut Kalender Julian) atau
Revolusi Maret (berdasar Gregorian). Dua nama yang sering dipakai..Revolusi
Oktober dan revolusi November (Heyman, Russian History 1993 : 266).
Pada saat itu kaum komunis Rusia, di bawah pimpinan Lenin,
merebut kekuasaan dengan sukses di Petrograd, ibukota Rusia kala itu. Mereka
menggulingkan pemerintahan nasionalis di bawah pimpinan Alexander Kerensky yang
mulai memerintah sejak bulan Februari. Pemerintahan ini diangkat setelah Tsar
Nicholas II dari Rusia turun takhta karena dianggap tidak kompeten.
Bila revolusi Februari merupakan “kemenangan” kaum borjuis,
maka revolusi Oktober 1917 adalah kemenangan kaum Bolshevik, yang kemudian
dikenal dengan nama “Revolusi Proletar”. Lenin menyebutnya sebagai ‘kemenangan
kekuasaan Soviet”. Setelah meraih kemenangan di Petrograd, dengan merebutnya
dari pemerintahan sementara yang diisi oleh kelompok Menshevik, kaum Bolshevik
memperluas revolusi ke seluruh pelosok negeri. Proses revolusi di daerah-daerah
berlansung dengan 2 cara, yakni cara damai dan dengan kekerasan. Tercatat dari
97 kota besar, 79 direbut dengan damai, sementaranya sisanya diraih dengan
kekerasan dan pertumpahan darah. Salah satu kota yang melakukan perlawanan
sengit terhadap kekuatan Bolshevik adalah Moskow.
Dalam sidang III Dewan Pekerja, Militer, dan Petani di
Petrograd pertengahan Januari 1918, Kaum Bolshevik meresmikan berdirinya
Republik Soviet Rusia yang telah diproklamirkan pada siding sebelumnya ( Sidang
II ) pada tanggal 7 November 1917 dan mengubah namanya menjadi RSFSR ( Republik
Soviet Sosialis Federasi Rusia ). Bolshevik kemudian menyusun berbagai
kebijakan baik politik maupun ekonomi untuk memperbaiki keadaan akibat revolusi
dan perang. Adapun program-program Pembangunan Ekonomi Bolshevik adalah sebagai
berikut:
1.
Nasionalisasi perbankan,
penggabungan ke dalam bank tunggal pemerintah.
2.
Nasionalisme trust,
sindikat yang menguasai industi-industri besar.
3. Pembentukan kontrol pekerja
atas produksi dan pembagian kerja sebagai langkah persiapan nasionalisasi
industry dan perdagangan.
4.
Pembantukan monopoli
pemerintah atas perdagangan luar negeri/
5. Penyitaan tanah-tanah milik
tuan tanah, nasionalisasi seluruh tanah, serta pembentukan Sovkhos (
perekonomian soviet dari perkebunan-perkebunan sitaan milik tuan-tuan tanah
yang berskala besar.
6. Mengejar ketertinggalan
ekonomi negara dengan cara memacu perkembangan kekuatan produksi.
E. Dampak Revolusi Rusia bagi
Indonesia
Di Indonesia sendiri, Pengaruh Revolusi Rusia juga
berdampak terhadap perkembangan pergerakan nasional di Indonesia yang tampak
jelas dengan berkembangan paham Marxis yang kemudian melahirkan Partai Komunis
Indonesia. Kronologi terbentuknya Partai Komunis Indonesia dimulai dengan atas
dasar Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet
bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil
mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV).
Sneevliet kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan)
kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai
anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Akibatnya,
SI Cabang Semarang yang sudah berada dibawah pengaruh ISDV semakin jelas warna
Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh SI. Pada tahun 1919
ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember
1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.
Revolusi Rusia mengilhami para pemimpin dan kader Partai
Komunis Indonesia untuk melawan terhadap pemerintahan resmi: melakukan kudeta
ala Lenin dan Bolsheviks-nya. Partai revolusioner ini sejak tahun 1926 telah
mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda meski gagal. Dalam hal
berpartai politik, PKI merupakan salah satu partai yang enggan bekerja sama
dengan pemerintah; mereka bukanlah organisasi yang mudah diajak kooperasi.
Sebaliknya, mereka bersikap keras dan tak segan-segan berdemonstrasi dan
melalukan teror terhadap rakyat yang dinilai tak sejalan ideologinya.
Kudeta ala Bolsheviks terus berlanjut di Indonesia pasca
kemerdekaan, yakni pada 18 September 1948 yang dilancarkan PKI dan Front
Demokrasi Rakyat di Madiun. Kudeta pun terjadi kembali pada 30 September-1
Oktober 1965 (namun masih dinilai pro-kontra karena cukup banyak versi yang
berbeda tentang siapa pelaku sebenarnya kudeta yang melibatkan Angkatan Darat
ABRI ini).
0 Komentar