A.
Latar belakang berdirinya
kesultanan Perlak
Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis ini
merupakan kayu khas daerah Perlak. Atas dasar ini lah kemudian daerah penghasil
kayu Perlak disebut dengan Negeri Perlak. Setelah perdagangan semakin ramai di
Selat Malaka, maka pedagang-pedagang pun menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar
Perlak. Kitab Negarakertagama menyebut negeri itu dengan nama Parlak. Sementara
Marcopolo yang berkunjung ke negeri itu pada tahun 1292 mencatatnya dengan nama
Negeri Ferlec.
Sebelum berdirinya
Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan
bercorak Hindu-Buddha yang sederhana bernama Kerajaan Perlak. Raja yang
berkuasa di kerajaan ini bergelar Meurah yang berarti maharaja. Perlak semakin
berkembang ketika dipimpin oleh Pangeran Salman, seorang pangeran yang memiliki
darah Kisra Persia. Putri dari Pangeran Salman kemudian menikah dengan Muhammad
Ja’far Shiddiq, seorang pendakwah dari negeri Arab, yang nantinya akan
menurunkan pendiri Kesultanan Islam pertama di Nusantara.
Berdasarkan naskah Idhar al-Haq, sekitar tahun 790 M,
sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak. Kapal tersebut membawa seratus
juru dakwah yang dipimpin oleh nakhoda dari kekhalifahan Abbasiyah. Kapal itu
datang dari Teluk Kambay, Gujarat dan berlabuh di Bandar Perlak. Salah seorang
juru dakwah tersebut bernama Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq. Ia adalah seorang
muslim Syiah yang melakukan pemberontakan kepada khalifah al-Makmun. Namun,
usahanya itu menemui kegagalan, akibatnya ia diperintahkan untuk berdakwah
keluar dari negeri Arab sebagai hukumannya.
Setelah beberapa waktu berdakwah di Bbandar Perlak, Ali ibn
Muhammad Ja’far Shiddiq menikah dengan putri istana Perlak. Putra pertama hasil
dari pernikahan itu bernama Syed Maulana Abdul Azz Syah. Ia berhasil mendirikan
Kesultanan Perlak pada tahun 840 M, sebagai Kesultanan Islam (Syiah) pertama di
Nusantara. Setelah berhasil mendirikan Kesultanan Perlak, ia memperoleh gelar
Sultan Alaiddin Syed Maulanan Abdul Azis Syah.
B.
Perkembangan Kesultanan
Perlak
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah memerintah
sebagai sultan pertama Perlak hingga tahun 864 M. Setelah ia wafat, kesultanan
Perlak dipimpin oleh keturunannya yang bernama Sultan Alaiddin Syed Maulana
Abdul Rahim Syah. Ia memerintah selama periode 864-888 M. Selanjutnya Sultan
Abdul Rahim Syah digantikan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Syah, yang
berkuasa selama 25 tahun, yakni dari tahun 888 sampai 913 M.
Pascawafatnya sultan ketiga Perlak, tidak ada pelantikan
sultan yang baru di Kesultanan Perlak. Hal ini dipicu kondisi yang tidak
kondusif di wilayah Kesultanan Perlak. Kondisi tersebut muncul akibat perang
saudara di kalangan rakyat Perlak, yakni perang antara pengikut Syiah dengan
Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni).
Dua tahun berselang, ketika
konflik antara aliran sudah mulai mereda, Syed Maulana Ali Mughayat Syah
dilantik sebagai sultan baru Kesultanan Perlak. Ia hanya memerintah dalam waktu
yang relatif singkat, pemerintahannya hanya bertahan tiga tahun. Pada tahun
918, di akhir masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat konflik antara Syiah dan
Sunni kembali muncul ke permukaan. Dalam konflik kedua itu kaum Sunni
memperoleh kemenangan, sehingga sultan yang akan berkuasa selanjutnya berasal
dari kaum Sunni.
Sultan pertama Kesultanan Perlak yang berasal dari golongan
Sunni bernama Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat.
Ia memerintah pada tahun 928-932 M. Setelah Sultan pertama itu wafat, ia
digantikan oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan
Berdaulat. Ia memerintah dalam waktu cukup lama, yakni mulai tahun 932 sampai
956 M. Sultan selanjutnya adalah Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan
Berdaulat, yang memerintah antara tahun 956-983 M.
Pada akhir masa pemerintahan Sultan Abdul Malik Syah
terjadi konflik ketiga yang melibatkan golongan Syiah dan Sunni. Konflik itu
berlangsung selama empat tahun dan diakhiri dengan persetujuan damai yang
membagi wilayah kesultanan Perlak menjadi dua, yaitu:
1.
Perlak bagian pesisir, yang
dikuasai oleh golongan Syiah. Perlak pesisir dipimpin oleh Sultan Aalaiddin
Syed Maulana Syah, yang berkuasa pada tahun 976-988 M.
2.
Perlak bagian pedalaman,
yang dikuasai oleh golongan Sunni. Kerajaan Perlak pedalaman dipimpin oleh
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat, yang memimpin
antara tahun 986 hingga 1023 M.
Pada tahun 986 M, Kerajaan Sriwijaya (Kerajaan bercorak
Buddha di Nusantara) menyerang Kesultanan Perlak Pesisir. Peperangan hebat pun
pecah yang melibatkan pasukan kedua
kerajaan tersebut. Dalam perang ini, Sultan Perlak Pesisir, yaitu Sultan
Alaiddin Syad Maulana Mahmud Syah gugur dalam peperangan.
Pascagugurnya Sultan Perlak Pesisir, wilayah kesultanan
Perlak secara keseluruhan akhirnya dikuasai oleh Sultan Perlak Pedalaman yang
beraliran Sunni. Kehadiran pasukan Sriwijaya di wilayah Perlak, segera direspon
oleh Sultan Malik Ibrahim Syah dengan mengobarkan semangat rakyat Perlak untuk
melawan Sriwijaya. Pertempuran besar pun terjadi selama bertahun-tahun. Perang
antara kedua kerajaan itu baru berakhir pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya
memutuskan mundur dari pertempuran untuk bersiap menghadapi serangan raja
Dharmawangsa dari Kerajaan Medang di Jawa.
Dengan berakhirnya perang antara Kesultanan Perlak dan
Kerajaan Sriwijaya, wilayah Perlak secara keseluruhan dipimpin oleh keturunan
Sultan Malik Ibrahim Syah yang berasal dari golongan Sunni. Pada masa ini
kondisi Kesultanan Perlak relatif damai, tanpa adanya peperangan melawan
kerajaan luar.
Berikut nama-nama Sultan Perlak dan masa pemerintahannya
setelah meninggalnya Sultan Malik Irahim Syah:
1.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (1023-1059 M).
2.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Mansur Syah Johan Berdaulat (1059-1078 M).
3.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (1078-1109 M).
4.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat (1109-1135 M)
5.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (1135-1160 M)
6.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Usman Syah Johan Berdaulat (1160-1173).
7.
Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (1173-1200)
8.
Sultan Makhdum Alaiddin
Abdul Jalil Syah Johan Berdaulta (1200-1230).
9. Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat, memerintah anara tahun 1230-1267).
Sultan memiliki dua orang putri , yaitu putri Ratna Kamala dan putri Ganggang.
Menurut beberapa sumber, Putri pertama dinikahkan dengan Sultan Malaka bernama
Sultan Muhammad Syah alias Parameswara dan putri Ganggang dinikahkan dengan
sultan pertama Samudera Pasai, Al-Malik al-Saleh alias Merah Silu.
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Syah Johan Berdaulta
(1267-1292).
C.
Keruntuhan Kesultanan
Perlak
Sultan makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II johan
ketika menjabat sebagai sultan beliau menikahkan kedua putrinya dengan penguasa
kerajaan tetangga,yaitu putri ratna kamala di nikahkan dengan sultan malaka sedangkan putri Ganggang di
nikahkan dengan sultan samudra pasai yaitu almalik assaleh.dimana setelah sepeninggal
sultan makhdum Alaiddin Malik Abdul aziz Syah johan, putra dari putri ganggang
dan Al-Malik assaleh yaitu sultan
muhammad Malik Al-zahir.
Kemunculan Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1267 M, perlahan-perlahan
menyaingi pamor dari Kesultanan Perlak. Sultan Malik Abdul Aziz Syah merupakan
sultan terakhir Kesultanan Perlak. Setelah ia wafat, wilayah Kesultanan Perlak
digabungkan degan Kerajaan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik al-Zahir, putra dari Merah Silu. Penggabungan yang dilakukan
Sultan Samudera Pasai itu, sekaligus menandai berakhirnya pemerintahan
kesultanan pertama di Nusantara
0 Komentar